Jaman
Pleistosen berlangsung sekitar 600.000
tahun lalu. Kondisi Alam Pada Jaman Pleistosen.
Pada tahun 1839, charles lyell memberikan nama pleistosen untuk jaman geologi
yang mengikuti jaman pliosen. Jaman ini dimulai dari awal kuarter hingga
kira-kira 11.000 tahun yang lalu. Jaman pleitosen didefinisikan dengan dasar
bahwa lapisan sedimen mengandung90% hingga 100% dari fauna yang masih
hidup.Gunung tengah atlantik masih terus mekar dengan kecepatan 2 cm pertahun
pada jama ini. Karena pendeknya waktu pleistosen, tektonik yang terjadi
belum banyak merubah morfologi dan struktur bumi. Keadaan alam masih labil karena
silih bergantinya 2 zaman, Zaman Glasial dan Zaman Interglasial.
Zaman
Glasial
Zaman
Glasial adalah meluasnya lapisan es kutub utara sehingga eropa dan Amerika
bagian utara tertutup es. Hal ini mengakibatkan munculnya Dataran Sunda dan
Dataran Dahul di Indonesia. Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Malysia Barat
bergabung menjadi satu dengan Benua Asia.
Zaman
Interglasial
Zaman
Interglasial adalah zaman mencairnya lapisan es di kutub utara. Pada Zaman ini,
temperature meningkat sehingga permukaan air laut naik dan terjadi banjir yang
menyebabkan daratan terpisah-pisah.
Pada zaman pleistosen,
terjadi perpindahan manusia purba dari wilayah Asia ke Indonesia. Zaman
PListosen dapat dibagi menjadi 3 yaitu : Pleistosen Awal, Pleistosen Tengah,
dan Pleistosen Akhir.
1.
Pleistosen Awal
Zaman
ini juga dikenal sebagai Pleistosen Bawah (Lapisan dan Fauna Jetis). Pleistosen
Bawah ialah subdivisi awal atau terendah dari periode Kwarter. Di lapisan
inilah Meganthropus Palaeojavanicus, Pithecanthropus Modjokertensis dan
Robustus ditemukan. Pleistosen Awal terdiri dari tahap Gelasius dan Calabria.
2.
Pleistosen
Tengah
Zaman
ini juga dikenal sebagai Lapisan atau Fauna Trinil. Pleistosen Tengah secara
lebih khusus disebut sebagai tahap Ionia. Zaman Pleistosen Tengah ialah
subdivisi peralihan dari Lapisan / Fauna Jetis ke Lapisan Ngandong pada periode
Kwarter.Di lapisan inilah Pithecanthropus Erectus ditemukan. Para ilmuan
menghubungkan makhluk ini sebagai missing
link, atau makhluk peralihan dari kera ke manusia.
3.
Pleistosen Akhir
Zaman
ini juga dikenal sebagai Pleistosen Atas ( Lapisan atau Fauna Ngandong ).
Secara lebih mengkhusus, Pleistosen Akhir ini disebut sebagai tahap Tarantian).
Dilapisan ini Homo Sapiens, seperti : Homo Soloensis dan Homo Wajakensis hidup,
tumbuh dan berkembang.
Zaman
ini merupakan subdivisi akhir atau teratas dari periode Kwarter.Pada zaman ini,
banyak hewan-hewan besar yang mengalami kepunahan. Demikianlah tahap akhir dari
periode Kwarter. Selanjutnya Tahap ini diikuti oleh Tahap Holosen atau Zaman
Alluvium.
Jenis-jenis
manusia :
Lapisan
|
Jenis Manusia Purba
|
Pleistosin bawah (Lapisan fauna Jetis)
|
Pithecantropus Mojokertensis
Meganthropus Palaeojavanicus
|
Pleistosin tengah (Lapisan fauna Trinil)
|
Pithecantropus Erectus
|
Pleistosin awal/atas (Lapisan fauna Ngandong)
|
Pithecantropus Soloensis
Homo Wajakensis
|
PITHECANTHROPUS MOJOKERTENSIS
Manusia purba ini ditemukan pertama kali oleh Von
Koenigswald pada tahun 1936 di daerah lembah kali Solo. Koenigswald menemukan
fosil tengkorak kanak-kanak di dekat Mojokerto. Terutama dari tempat – tempat
giginya dapat diperkirakan bahwa fosil itu umurnya belum melewati 5 tahun, dan
merupakan tengkorak dari anak Pithecanthropus. Diperkirakan manusia purba ini
hidup di zaman Pleistosen bawah.
MEGANTHROPUS PALEOJAVANICUS
Meganthropus Paleojavanicus
diperkirakan hidup pada dua juta tahun yang lalu. Ciri-ciri Meganthropus
Paleojavanicus adalah sebagai berikut:
- Memiliki tulang rahang yang kuat
- Tidak memiliki dagu
- Menunjukkan ciri-ciri manusia tetapi lebih mendekati kera.
- Berbadan besar dan tegap
PITHECANTHROPUS ERECTUS
Fosil
manusia jenis Pithecanthropus erectus ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahuan
1890 di Trinil, lembah sungai Bengawan Solo berasal dari pleistosen tengah.
Ciri-ciri Pithecanthropus erectus :
- Tinggi badan sekitar 165 – 180 cm
- Volume otak berkisar antara 750 – 1350 cc
- Bentuk tubuh & anggota badan tegap, tetapi tidak setegap meganthropus
- Alat pengunyah dan alat tengkuk sangat kuat
- Bentuk graham besar dengan rahang yang sangat kuat
- Bentuk tonjolan kening tebal melintang di dahi dari sisi ke sisi
- Bentuk hidung tebal
- Bagian belakang kepala tampak menonjol menyerupai wanita berkonde
- Muka menonjol ke depan, dahi miring ke belakang
PITHECANTHROPUS SOLOENSIS
Pithecanthropus
soloensis merupakan pithecanthropus yang bertahan hidup samapi akhir
pleistiosen tengah. Fosil pertama ditemukan di Ngandong, di tepi Sungai
Bengawan Solo padasekitar tahun 1931-1934. Para peneliti Pithcanthropus
soloensis di anataranya Von Koenigswald, Oppernoorth, dan Ter Haar.
HOMO WAJAKENSIS
Fosil
ini pertama kali ditemukan di daerah Campurdarat (Wajak), Tulung Agung (Jawa
Timur) oleh Van Rietschoten pada tahun 1889. Fosil ini merupakan fosil manusia
pertama yang dilaporkan dari Indonesia. Temuan ini diselidiki pertama kali oleh
Eugene Dubois. Ia menyimpulkan bahwa kerangka yang ditelitinya termasuk dalam
bangsa Austroloid, bernenek moyang Homo Soloensis dan nantinya menurun langsung
bangsa-bangsa asli di Australia itu. Tetapi berdasarkan penyelidikan yang
dilakukan oleh Koenigswald, fosil ini termasuk dalam Homo Sapiens, dan berasal
dari lapisan Pleistosen atas.